Image via CrunchBase
Ada sebuah survey yang digelar oleh sebuah perusahaan penyedia produk inovatif dari Oakland, Kalifornia, Amerika Serikat, bernama Livescribe. Survey tentang apakah pena, kertas dan alat tulis lainnya masih diperlukan pada teknologi canggih seperti sekarang? Hasilnya menunjukkan bahwa konsumen sample yang menyatakan setuju untuk meninggalkan menulis dengan pena ke komputer sebesar 72 persen. Sementara yang 28 persen menyatakan tidak, akibatnya konsumen jumlah terakhir ini terus-menerus amat tergantung dengan kertas, pena, dan tinta. Sebagai langkah mencermati survey terhadap kebutuhan konsumen ini bila dikaitkan dengan teknologi informasi yang efektif dan efisien, muncullah ide untuk membuat produk pena yang mengakomodir semua aktivitas pengguna fanatik pena tradisional. Seperti, mengkopi dan menyimpan data tulisan dan gambarnya dengan tampilan asli ke dalam bentuk media digital. Teks hasil corat-coret itu lalu bisa dikonversikan ke teks komputer umumnya macam Words. Sedangkan sketsa atau corat-coret tampilan asli dikemas ke format PDF.
Image by Getty Images via @daylifePena itu juga bisa berfungsi sebagai alat rekam pembicaraan, yang biasanya susah untuk dicatat oleh tangan. Adapun ‘tugas’ pena hanya menuliskan poin (seperti angka) sebagai tanda saja. Itulah ponsel pintar (smartpen) itu diluncurkan secara resmi di Jakarta oleh distributornya, eStore yang selama ini kita kenal sebagai distributor resmi produk-produk Apple.
Pena elektronik ini disebut-sebut lebih pintar ketimbang MontBlanc. "Misi Livescribe adalah untuk meningkatkan pengambilan data, akses dan berbagi informasi baik lisan maupun tulisan sehingga meningkatkan komunikasi, kolaborasi, produktivitas, dan pembelajaran," ujar Jim Marggraff, CEO dan founder Livescribe.
Kesan yang diperoleh dari uji coba smartpen dengan brand Echo ini seperti berada pada dua mata uang: klasik dan modern (baca: maya). Dunia maya, sebab semua file ketika telah terpindahkan ke komputer bisa segera dibagikan, entah melalui email, atau bahkan dikirimkan ke Facebook, Twitter, dan blog atau social network lain dalam bentuk image atau audio.
Isi dalam pena terdapat prosesor ARM 9 dan sebuah layar OLED 96 x 18 pixel. Sebuah ruang penyimpanan memori berukuran 4 GB atau 8GB (ada dua pilihan). Speaker dan mikrofon layaknya alat perekam. Port mikroUSB untuk kebutuhan koneksi isi ulang baterai maupun pemindahan data. Panjang cuma 15,8 cm dan berat 36 gram dengan separuh bagian ujung terlapisi oleh karet agar nyaman digunakan. Pena atau komputer supermini? :D
Ini tetaplah sebuah pena tinta umumnya. Hanya saja landasan yang digunakan bak kertas biasa saja, dengan spesifikasi khusus. Notes bernama dot paper starter notebook ini dilengkapi dengan kertas layaknya buku agenda, ikon-ikon menu, juga kalkulator, serta menu utama seperti cek baterai, cek memori.
Perangkat ini didukung oleh baterai jenis lithium ion (rechargeable) dan mampu bertahan untuk pemakaian tinggi sampai lima jam. Sebuah port audio 3,5 mm memungkinkan untuk mengalirkan audio ke earphone.
Bahkan, bisa berfungsi menjadi semacam perangkat penulisan not lagu. Nada diatonik pun keluar dari speaker ketika pena menekan kotak-kotak yang telah dibuat di notebook. Hampir menggeser fungsi iPhone, bahkan kelak menyusul iPad. File-file yang terdapat di pena dalam bentuk apapun kemudian dikirim ke aplikasi bernama Pencast. Di sinilah pengguna bisa membuka, menyebarkan, atau melakukan apapun terhadap data buatannya.
Produk yang telah dijual di eStore ini ditawarkan dalam dua pilihan berdasarkan kemampuan simpan memorinya. Pena 4 GB seharga Rp 1.750.000,- dan pena 8 GB sebesar Rp 2.500.000,- Paket komplet terdiri dari pena, earphone, starter notebook, kabel microUSB, dua tinta pena, dan dua pen caps. Ada beberapa peralatan optional yang dijual, salah satunya Journal Line seharga Rp 350.000,-.
Arsitek, wartawan, pembuat sketsa, atau siapapun yang masih gemar corat-coret di kertas dengan pena adalah target pasarnya. Anda berminat? []