27/07/11

Mengembalikan Jati Diri

jati diri
Banyak sekali orang berpendapat, “Mudah sekali menjadi diri sendiri!” Tapi kenyataannya lain! Penyebabnya apalagi kalau bukan globalisasi. Sekarang dunia sudah takberbatas. Arus informasi datang begitu cepat, sudah takada lagi jarak ruang dan waktu, tanpa alat sensor. Jika semua tidak dikendalikan maka bisa meluluhlantakkan batas-batas zona tertentu.

Sulit sekali untuk menghadang arus keragaman nilai dan budaya yang semakin tercampur-aduk. Siapakah dalang dari semua ini? Jawabannya sangatlah jelas, Social Media. Berkat social media, percampuran nilai dan budaya sangat terjadi begitu dahsyat.


Data tentang pengguna social media, seperti Twitter dan Facebook di Indonesia untuk saat ini sebagai berikut:
» 4.9 juta pengguna blog,
» 45 juta pengguna internet dan terus tumbuh,
» lebih dari 35 juta merupakan pengguna Facebook,
» 5.6 juta merupakan pengguna twitter.

Dari jumlah di atas tentunya latar belakang budaya penggunanya sangat beragam. Tidak saja urang Bandung, masih ada Wong Jowo, Nyong Ambon, nyang dari Betawi, Bugis, Minangkabau, belum lagi pendatang dari luar Indonesia, Tionghoa, Australia dan lain-lain. Semua terasa dekat. Contoh tadi pagi…

Saya berbincang-bincang dengan seorang teman yang sedang menunggu dosennya. Saya dari Bandung teman saya yang sedang menunggu dosen, di Banda Aceh. Latar belakang budaya kami, masing-masing jelas berbeda-beda, saya urang Sunda asli, temanku, Monza, orang Banda Aceh. Benar-benar sudah tidak ada batas ruang dan waktu. Berbincang-bincang dengan sangat leluasa.

Semakin lama ber-social media, semakin larut dalam arus komunikasi. Sehingga terjadi proses peleburan nilai dan budaya di luar kesadaran. Di sinilah awalnya 'susah sekali menjadi diri sendiri'. Sebab lambat-laun, karakter yang kuat pada diri akan melemah.

Semakin lama ciri khas atau karakter jati diri hilang sebab pembauran kultur yang sangat cepat prosesnya. Bahasa sehari-hari, nilai-nilai dan budaya sudah semakin homogen. Semakin abu-abu saja antara sosok satu dengan sosok-sosok yang lain.

Agar tidak sampai tercampur-aduk, perlu diperkuat ciri khas jati diri yang memang dimiliki setiap individu. Baik dari sisi kelebihan maupun kekurangan. Banyak sekali trik guna mempertahankan keunikan diri sendiri. Dua diantaranya, terus menerus menggali potensi diri dan pelajari keanekaragaman. Ini yang selanjutnya terus-menerus perlu dipertahankan.

Memang tidak gampang mencari jati diri, namun bila berusaha tentu akan mudah kita menemukannya (kembali). Selamat bersocial-media! []